Ini Alasan Qunut Shubuh Sunnah dalam Madzhab Syafi'i dan Jawabannya..

Ulama yang berpendapat bahwa Qunut Shubuh itu Bid'ah adalah imam Abu Hanifah, beliau berhujjah dengan hadîts dari Abu Malik al Asyja’i :

عن سعدِ بنِ طارقِ بنِ أَشْيَمَ الأشجعيِّ أنه قال لأبيه: يا أبتِ إنك صليتَ خلف رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ وخلف أبي بكرٍ وعمرَ وعثمانَ وعليٍّ أفكانوا يقنتون الفجرَ؟ فقال: أيْ بنيَّ محدَثٌ الراوي : أبو مالك الأشجعي سعد بن طارق | المحدث : ابن باز | المصدر : فتاوى نور على الدرب لابن باز

الصفحة أو الرقم: 10/228 | خلاصة حكم المحدث : ثابت

Saad Bin Thariq Bin asyim Al Asyja'i  bertanya kepada ayahnya :

Wahai ayah, engkau telah shalat di belakang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, juga dibelakang Abu Bakr, Umar, Utsman, Dan Ali. Apakah mereka semua Membaca doa qunut saat shalat shubuh ?


Ayahnya menjawab : Wahai Anaku, (Qunut Shubuh itu) Muhdats (Sesuatu yang diada-adakan)

Saad Bin Thariq Bin asyim Al Asyjai ( Abu Malik al-Asyjai) bertanya kepada ayahnya (Thariq bin Ashim) yang sempat hidup semasa dengan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali yang berarti ayahnya ini seorang shahabat.

Perlu diketahui bahwa :

✅ Dalam madzhab syafi'i, Qaul shahabat bukanlah hujjah apalagi hanya satu orang. Hujjah yang disepakati dalam madzhab ini adalah Al-Quran, Sunnah, ijma', qiyas. Hadits dha'if pun juga diamalkan selama tidak dhaif jiddan. Maka kesaksian yang disampaikan oleh Thariq bin Asim di atas tertolak

Jadi Qaul seorang Shahabat yang menafikan qunut subuh sama sekali tidak berpengaruh kepada madzhab Syafi'i dan Maliki yang mengamalkan qunut subuh.

Berikutnya, Pelemahan hadits-hadits yang mengitsbat qunut subuh pun juga tidak berpengaruh kepada Syafiiyyah dan Malikiyyah, terlebih lagi jika Pelemahan itu dilakukan oleh para ajaanib madzhab.

✅ Di sisi lain, Madzhab Syafi'i memiliki kecurigaan bahwa Ayahnya Abu Malik al Asyjai berjamaah bersama Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam dan lain-lain pada saat mereka sedang tidak berqunut.

Kedua alasan ini, yang menjadi dasar qunut Shubuh Sunnah dikalangan madzhab syafi'i.

Mari kita pantau, hadits-hadits yang sejenis yang mengungkap persaksian para Shahabat lain tentang tata cara Rasulullah shallallahu alaihi dalam melaksanakan shalat shubuh dan persaksian para Tabiin terhadap para Shahabat :

1. ‘Ali bin Abi Thaalib radhiyallaahu ‘anhu

عَنِ الشَّعْبِيّ، قَالَ: " لَمَّا قَنَتَ عَلِيٌّ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ أَنْكَرَ النَّاسُ ذَلِكَ، قَالَ: فَقَالَ: إِنَّمَا اسْتَنْصَرْنَا عَلَى عَدُوِّنَا "

Dari Asy-Sya’biy, ia berkata :

“Ketika ‘Ali melakukan qunut dalam shalat Shubuh, orang-orang mengingkarinya. Lalu ‘Ali berkata : ‘Itu kami lakukan hanyalah untuk meminta pertolongan kepada Allah untuk mengalahkan musuh kami.”

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/310 (5/26) no. 7055; sanadnya shahih]

Riwayat ini memberikan penjelasan pada kita qunut yang dilakukan ‘Ali bin Abi Thaalib radhiyallaahu ‘anhu adalah qunut nazilah.

Kesaksian Sa’iid bin Jubair Rahimahullah terhadap Qunutnya Ali Radhiyallahu anhu :

حَدَّثَنِي أَبُو الْخَطَّابِ الْجَارُودِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ، عَنِ الْقُنُوتِ، فَقَالَ: " إِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ، فَارْكَعْ "، قُلْتُ: فَإِنَّ عَلِيًّا كَانَ يَقْنُتُ؟ قَالَ: كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الْحَرْبِ "

Telah menceritakan kepadaku Abul-Khaththaab Al-Jaaruudiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Abi Ismaa’il, ia berkata :

"Aku pernah bertanya kepada Sa’id bin Jubair tentang qunut. Maka ia menjawab : “Apabila engkau selesai dari qira’ah (membaca surat ketika berdiri dalam shalat), maka (langsung) rukuklah”. Aku berkata : “Bukankah ‘Ali melakukan qunut ?”. Ia menjawab : “Dulu ia melakukannya ketika peperangan.”

[Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 674; sanadnya hasan]

Hal ini sekaligus memberikan penjelasan tambahan bahwa riwayat-riwayat lain yang ternukil dari ‘Ali bahwa ia melakukan qunut pada waktu shalat Shubuh bukan qunut yang didawamkan seperti yang dimaksudkan dalam bahasan ini, akan tetapi qunut nazilah.

Faedah lain : Pengingkaran orang-orang kepada ‘Ali menunjukkan bahwa ‘Ali sebelumnya tidak pernah melakukan qunut pada waktu shalat Shubuh, dan qunut di waktu shalat Shubuh tidak lazim dilakukan.

2. ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu

عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مَنْصُورٍ، وَالأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ، وَعَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ الأَوْدِيِّ، قَالا: " صَلَّيْنَا خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ الْفَجْرَ، فَلَمْ يَقْنُتْ "

Dari Ats-Tsauriy, dari Manshuur dan Al-A’masy, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad bin Yaziid dan ‘Amru bin Maimuun, mereka berdua berkata :

“Kami pernah shalat Shubuh di belakang ‘Umar bin Al-Khaththaab dan ia tidak melakukan qunut.”

[Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 3/106 no. 4948; sanadnya shahih]

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي دَاوُدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو شِهَابٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، وَالأَسْوَدِ، وَمَسْرُوقٍ أَنَّهُمْ، قَالُوا: " كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْفَجْرَ فَلَمْ يَقْنُتْ "

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Daawud, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Hamiid bin Shaalih, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Syihaab, dari Al-A’masy, dari Ibraahiim, dari ‘Alqamah, Al-Aswad, dan Masruuq, mereka semua berkata :

“Kami shalat Shubuh di belakang ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu, dan ia tidak melakukan qunut.”

[Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/250 no. 1486; sanadnya shahih] 

Selain Al-Aswaad bin Yaziid, ‘Amru bin Maimuun, ‘Alqamah, Al-Aswad, dan Masruuq rahimahumullah yang pernah shalat Shubuh di belakang ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu tanpa qunut; begitu juga ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa.

Ibraahiim An-Nakha’iy juga berpendapat Abu Bakr dan ‘Umar tidak melakukan qunut Shubuh terus-menerus (selain qunut nazilah). Begitu juga Sa’iid bin Jubair dan sahabat-sahabat ‘Abdullah bin Mas’uud.

3. ‘Abdullah bin Mas’uud radhiyallaahu ‘anhu

حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَلَطِيُّ، ثنا أَبُو نُعَيْمٍ، ثنا أَبُو الْعُمَيْسِ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الأَسْوَدِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " كَانَ عَبْدُ اللَّهِ، لا يَقْنُتُ فِي صَلاةِ الْغَدَاةِ، وَإِذَا قَنَتَ فِي الْوِتْرِ قَنَتَ قَبْلَ الرَّكْعَةِ "

Telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Muhammad Al-Malathiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Umais : Telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrahmaan bin Al-Aswad, dari Ayahnya, ia berkata :

“’Abdullah (bin Mas’uud) tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh. Apabila ia melakukan qunut dalam shalat witir, ia melakukannya sebelum rukuk.”

[Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir, 9/272 no. 9166; sanadnya shahih]

حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ أَشْعَثَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ لَا يَقْنُتُ السَّنَةَ كُلَّهَا فِي الْفَجْرِ، وَيَقْنُتُ فِي الْوِتْرِ كُلَّ لَيْلَةٍ قَبْلَ الرُّكُوعِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari Asy’ats, dari Ibraahiim, ia berkata :

“‘Abdullah (bin Mas’uud) tidak melakukan qunut sepanjang tahun dalam shalat Shubuh, namun ia melakukan qunut dalam shalat witir setiap malam sebelum rukuk.”

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/306 (4/528-529) no. 7015]

Sanadnya shahih hingga Ibraahiim An-Nakha’iy, dan Ibraahiim tidak pernah bertemu dengan ‘Abdullah bin Mas’uud radhiyallaahu ‘anhu. Sebagian ulama mutaqaddimiin mengatakan bahwa mursal Ibraahiim dari Ibnu Mas’uud adalah shahih.

Inilah pendapat Asy-Sya’biy tentang perbuatan Ibnu Mas’uud radhiyallaahu ‘anhu sebagaimana riwayat :

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ قَيْسٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: " كَانَ عَبْدُ اللَّهِ لا يَقْنُتُ، وَلَوْ قَنَتَ عُمَرُ لَقَنَتَ عَبْدُ اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Idriis, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Qais, dari Asy-Sya’biy, ia berkata :

“’Abdullah (bin Mas’uud) tidak melakukan qunut. Seandainya ‘Umar melakukan qunut, niscaya ‘Abdullah juga melakukan qunut.”

[Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 663; sanadnya shahih hingga Asy-Sya’biy]

4. ‘Abdullah bin ‘Abbaas radhiyallaahu ‘anhumaa

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ وَاقِدٍ مَوْلَى زَيْدِ بْنِ خُلَيْدَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُمَا كَانَا لَا يَقْنُتَانِ فِي الْفَجْرِ

Telah menceritakan kepada kami Wakii’, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Waaqid maulaa Zaid bin Khulaidah, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu ‘Umar :

"Bahwasannya keduanya tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh."

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/309 (5/23) no. 7043; sanadnya hasan]

حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ مَنْصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُجَاهِدٌ، وَسَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، " أَنَّ  ابْنَ  عَبَّاسٍ  كَانَ لَا يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ "

Telah menceritakan kepada kami Husain bin ‘Ali, dari Zaaidah, dari Manshuur, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Mujaahid dan Sa’iid bin Jubair :

"Bahwasannya Ibnu ‘Abbaas tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh."

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/311 (5/28) no. 7068; sanadnya hasan]

Ibnu ‘Abbaas menjelaskan mengapa dirinya tidak melakukan qunut :

حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، قَالَ: قُلْتُ لابْنِ عُمَرَ، وَابْنِ عَبَّاسٍ الْكِبْرُ يَمْنَعُكُمَا مِنَ الْقُنُوتِ؟ قَالا: لَمْ نَأْخُذْهُ عَنْ أَصْحَابِنَا

Telah menceritakan kepada kami Mujaahid bin Muusaa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yaziid, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Sulaimaan, dari Abu Mijlaz, ia berkata :

"Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbaas : “Apakah kesombongan mencegahmu untuk melakukan qunut ?”. Mereka menjawab : “Kami tidak pernah mendapatkan (hal itu) dari sahabat-sahabat kami.”

[Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 682; sanadnya shahih]

5. Abud-Dardaa’ radhiyallaahu ‘anhu

حَدَّثَنِي نَصْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَوْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنِ ابْنِ شُبْرُمَةَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: " لا قُنُوتَ فِي الْفَجْرِ "

Telah menceritakan kepadaku Nashr bin ‘Abdirrahmaan Al-Audiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Basyiir, dari Ibnu Syubrumah, dari ‘Alqamah, dari Abud-Dardaa’ ia berkata :

“Tidak ada qunut dalam shalat Shubuh.”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 662; sanadnya hasan]

7. ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa

عَنْ مَالِكٍ، عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، كَانَ لا يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ

Dari Maalik, dari Naafi’ :
"Bahwasannya Ibnu ‘Umar tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh.”

[Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq 3/106 no. 4952; sanadnya shahih]

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أَخْبَرَنِي أَبُو الْحَسَنِ الْعَنَزِيُّ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ، ثنا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثنا هَمَّامٌ، عَنْ قتادة، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، قَالَ: " صَلَّيْتُ مَعَ  ابْنِ  عُمَرَ  صَلاةَ الصُّبْحِ، فَلَمْ يَقْنُتْ، فَقُلْتُ لابْنِ عُمَرَ: لا أَرَاكَ تَقْنُتُ، قَالَ: لا أَحْفَظُهُ عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا "

Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafizh : Telah mengkhabarkan kepadaku Abul-Hasan Al-’Anaziy : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Sa’iid : Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil : Telah menceritakan kepada kami Hammaam, dari Qataadah, dari Abu Mijlaz, ia berkata :

"Aku pernah shalat Shubuh bersama Ibnu ‘Umar, namun ia tidak melakukan qunut. Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar : ‘Aku tidak melihatmu melakukan qunut’. Ia menjawab : ‘Aku tidak menghapal dari salah seorang shahabat kami (tentang hal tersebut).”

[Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa, 2/213 (2/302) no. 3157; sanadnya shahih]

‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa tidak mengetahui adanya pelaziman qunut Shubuh di jamannya. Padahal, ia termasuk salah seorang shahabat yang paling semangat dalam hal ittiba’ terhadap sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

7. ‘Abdullah bin Az-Zubair radhiyallaahu ‘anhumaa

حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، عَنْ زَكَرِيَّا بْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، أَنَّ ابْنَ الزُّبَيْرِ صَلَّى بِهِمُ الصُّبْحَ فَلَمْ يَقْنُتْ "

Telah menceritakan kepada kami Rauh bin ‘Ubaadah, dari Zakariyyaa bin Ishaaq, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin Diinaar :

"Bahwasannya Ibnuz-Zubair pernah shalat Shubuh bersama mereka, dan tidak melakukan qunut."
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/309 (5/23) no. 7044; sanadnya shahih]

8. Anas bin Maalik radhiyallaahu ‘anhu

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخٍ، ثنا غَالِبُ بْنُ فَرْقَدٍ الطَّحَّانُ، قَالَ: " كُنْتُ عِنْدَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ شَهْرَيْنِ، فَلَمْ يَقْنُتْ فِي صَلاةِ الْغَدَاةِ "

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz : Telah menceritakan kepada kami Syaibaan bin Farruukh : Telah menceritakan kepada kami Ghaalib bin Farqad Ath-Thahhaan, ia berkata :

“Aku pernah di sisi Anas bin Maalik selama dua bulan, dan ia tidak melakukan qunut dalam shalat Shubuh.”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 1/245 no. 693; sanadnya hasan]

Faedah : Riwayat ini menguatkan adanya kekeliruan riwayat Abu Ja’far Ar-Raaziy yang membawakan hadits Anas yang di dalamnya terdapat pernyataan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukan qunut Shubuh hingga meninggal dunia. Seandainya memang hadits Abu Ja’far tersebut shahih, niscaya Anas akan senantiasa mencontoh beliau dan tidak meninggalkannya.

Anas sendiri telah menjelaskan bahwa qunut yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah sebulan saja, lalu meninggalkannya.

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: " إِنَّمَا قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ "

Telah menceritakan kepada kami Wakii’, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hisyaam Ad-Dastuwaa’iy, dari Qataadah, dari Anas, ia berkata :

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah melakukan qunut dalam shalat Shubuh selama sebulan saja setelah rukuk.”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/310 (5/24-25) no. 7052; sanadnya shahih]

Yaitu, qunut naziilah mendoakan kejelekan terhadap Bani Ri’l dan Dzakwaan pasca peristiwa Bi’r Ma’uunah.

حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنِ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: إِنَّمَا قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ شَهْرًا بَعْدَ الرِّكُوعِ يَدْعُو عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ "

Telah menceritakan kepada kami Mu’aadz bin Mu’aadz, dari At-Taimiy, dari Abu Mijlaz, dari Anas, ia berkata :

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah melakukan qunut dalam shalat Shubuh selama sebulan saja setelah rukuk, mendoakan kejelekan terhadap (Bani) Ri’l dan Dzakwaan.”

[idem2/310 (5/25) no. 7053; sanadnya shahih]

Kesimpulan :
✅Shahabat yang bersaksi bahwa Nabi tidak melaksanakan Qunut Shubuh sangat banyak, tidak terbatas pada Ayahnya Abu Malik al Asyjai saja.

✅ Maka, Hukum Qunut Shubuh sebagai Sunnah yang didasarkan alasan persaksian shahabat yang membid'ahkan  hanya satu orang, tertolak. 

Karena ternyata banyak para Shahabat yang tidak melakukan Qunut Shubuh dan para Tabiin yang memberikan kesaksian akan hal itu. 


0 Komentar